Artikel

Hari Kebangkitan Nasional 2025: UT Pontianak dan Ikhtiar Nyata Membangun SDM Kalimantan Barat

Oleh Admin | 2025-05-20

Pontianak, 20 Mei 2025 – Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) sebagai refleksi historis atas lahirnya semangat kolektif untuk bersatu, bangkit, dan memajukan negeri. Peringatan ini berakar dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada tahun 1908, yang menjadi tonggak awal kesadaran nasional dan kebangkitan identitas kebangsaan di tengah penjajahan. Tahun ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menetapkan tema Harkitnas ke-117 yaitu “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat”. Tema tersebut mengandung pesan mendalam bahwa kekuatan bangsa tidak terletak pada satu sektor saja, melainkan hadir dari kolaborasi berbagai pihak, termasuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dalam konteks saat ini, kebangkitan nasional bukan hanya bermakna membebaskan diri dari penjajahan fisik, tetapi juga membebaskan rakyat dari ketertinggalan kualitas sumber daya manusia. Momentum ini penting untuk mengingatkan semua pemangku kepentingan bahwa pembangunan Indonesia yang kuat harus dimulai dari pembangunan manusia yang berdaya saing. Pendidikan menjadi pilar utama dalam agenda kebangkitan baru bangsa ini.

Salah satu wilayah yang tengah berjuang keras meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar berada pada angka 70,79, masih di bawah rata-rata nasional yang telah mencapai 72,91. Komponen pendidikan, khususnya angka rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah, menjadi penyumbang dominan rendahnya capaian IPM tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Kalbar yang belum mendapatkan akses pendidikan tinggi secara layak, baik karena faktor geografis, ekonomi, maupun keterbatasan infrastruktur. Ketimpangan wilayah antara perkotaan dan pedesaan turut memperparah kesenjangan tersebut. Dalam situasi inilah peran institusi pendidikan terbuka seperti Universitas Terbuka (UT) Pontianak menjadi sangat signifikan keberadaannya dengan jumlah mahasiswa sebanyak 20.133. Dengan mengusung prinsip pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi, UT Pontianak hadir untuk menjangkau mereka yang selama ini tersisih dari sistem pendidikan konvensional.

Universitas Terbuka Pontianak memosisikan dirinya sebagai lokomotif transformasi pendidikan tinggi yang inklusif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat Kalimantan Barat. Melalui sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PJJ), UT memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk kuliah tanpa harus meninggalkan tempat tinggal atau pekerjaannya. Bahkan, bagi mereka yang berada di wilayah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T), UT Pontianak tetap bisa diakses berkat digitalisasi layanan dan platform belajar berbasis Learning Management System (LMS). Salah satu langkah strategis UT Pontianak adalah pendirian Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) di berbagai kabupaten, seperti Kapuas Hulu, Sambas, Ketapang, dan Landak. Kehadiran SALUT berfungsi sebagai pusat informasi, layanan pendaftaran, serta pembinaan akademik bagi mahasiswa di daerah tersebut. Dengan adanya SALUT, calon mahasiswa tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh ke kota untuk mendapatkan layanan pendidikan. Ini menjadi bukti konkret bagaimana UT Pontianak ikut membangkitkan semangat belajar masyarakat daerah dan mendekatkan layanan negara kepada rakyatnya.

Tidak hanya berhenti pada perluasan akses, UT Pontianak juga aktif dalam program penguatan kapasitas mahasiswa baru melalui pelatihan dan pembekalan keterampilan belajar mandiri. Setiap mahasiswa baru dibimbing untuk memahami cara belajar efektif secara daring, mengenal platform pembelajaran digital, serta strategi manajemen waktu yang tepat dalam menghadapi tantangan pendidikan jarak jauh. Kegiatan ini sangat penting mengingat banyak mahasiswa yang berasal dari latar belakang pendidikan menengah dengan literasi digital yang masih terbatas. Melalui pendampingan ini, UT Pontianak berharap seluruh mahasiswa mampu menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang mengedepankan kedisiplinan, kemandirian, dan tanggung jawab. Dalam jangka panjang, pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan angka kelulusan, mempercepat waktu studi, serta menghasilkan lulusan yang siap pakai di dunia kerja. Komitmen ini merupakan bagian dari kontribusi nyata UT dalam meningkatkan dimensi pendidikan dalam struktur IPM Kalimantan Barat. Tanpa penguatan kapasitas, akses pendidikan hanya menjadi formalitas tanpa kualitas.

Lebih dari itu, UT Pontianak juga mengembangkan kemitraan strategis dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai upaya menyelaraskan kompetensi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Kegiatan seperti Seminar Akademik dan Industry Gathering menjadi ajang penting untuk mempertemukan akademisi, mahasiswa, dan pelaku usaha dalam merumuskan strategi peningkatan kualitas SDM lokal. Kolaborasi ini diarahkan agar lulusan UT Pontianak tidak hanya memiliki ijazah, tetapi juga keterampilan yang relevan dengan dinamika ekonomi daerah dan nasional. Dengan menjembatani dunia pendidikan dan industri, UT Pontianak turut memperkuat daya saing tenaga kerja asal Kalimantan Barat. Hal ini tentu berdampak positif pada peningkatan pendapatan masyarakat, penurunan angka pengangguran terdidik, serta perbaikan aspek ekonomi dalam struktur IPM. Kebijakan ini selaras dengan semangat Harkitnas 2025 untuk membangun Indonesia yang kuat secara kolektif dan inklusif. UT bukan sekadar kampus, melainkan agen perubahan sosial dan ekonomi di wilayahnya.

Direktur UT Pontianak, Dr. Romi Siswanto, M.Si, dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa keberadaan UT bukan sekadar memberi gelar akademik, melainkan menghadirkan harapan dan masa depan baru bagi masyarakat Kalimantan Barat. Menurutnya, semangat kebangkitan nasional hari ini harus dimaknai dalam konteks kekinian, yakni memperjuangkan keadilan pendidikan di seluruh pelosok negeri. “Kami percaya bahwa kebangkitan bukan hanya soal mengenang sejarah, tapi juga soal menciptakan sejarah baru. Dan sejarah baru itu dimulai ketika anak-anak muda dari pedalaman Kalimantan Barat bisa kuliah, lulus, dan kembali membangun kampung halamannya,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa UT Pontianak akan terus memperluas jangkauan, memperkuat kualitas layanan, dan memperbanyak kolaborasi demi terwujudnya Kalbar yang lebih maju. Perjuangan memperkuat IPM Kalbar adalah perjuangan panjang yang menuntut keberpihakan, inovasi, dan ketekunan dari semua pihak. Dan di tengah semua itu, UT hadir sebagai simbol kebangkitan pendidikan di tanah Borneo.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2025 bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momen refleksi nasional untuk melihat sejauh mana bangsa ini telah bangkit dan melangkah ke depan. Di Kalimantan Barat, kebangkitan itu diwujudkan melalui kerja-kerja nyata Universitas Terbuka Pontianak dalam memperluas akses pendidikan, meningkatkan kualitas pembelajaran, serta membangun kolaborasi strategis lintas sektor. Tema “Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat” menemukan maknanya yang paling relevan ketika disandingkan dengan upaya UT Pontianak dalam mengangkat IPM Kalbar menuju standar nasional. Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan infrastruktur, UT tetap setia menghadirkan pendidikan sebagai jalan kebangkitan sejati. Dengan semangat Harkitnas, UT Pontianak membuktikan bahwa pendidikan tinggi tidak lagi menjadi hak eksklusif masyarakat kota, melainkan hak semua warga negara. Inilah semangat baru kebangkitan nasional: membangun bangsa dari daerah, memerdekakan rakyat melalui ilmu, dan memperkuat Indonesia dari pinggiran.